Women's Movement in Creating Noble Generation (Part 2)

11:15:00 PM

8. Coming to Motherhood Now! Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk menjadi pilot? Dokter?ahli bedah?dan profesi lainnya? Semua ada kurun waktunya, tapi untuk menjadi ibu yang baik? Apakah ada waktu khusus untuk pelatihannya? sangat disayangkan kebanyakan dari kita belajar untuk menjadi ibu ketika kita “sudah” menjadi ibu (baca : saat kita sudah melahirkan anak kita). Lalu apa dasar kita untuk mendidik mereka? Ibarat kita harus mengoperasikan suatu mesin yang sangat fragile dan tidak bisa coba – coba, tapi kita mengoperasikannya tanpa membaca buku panduannya. Akankah mesin itu berjalan sebagaimana mestinya?


Ketika sampai di poin ini saya banyak – banyak bersyukur kepada allah telah diberikan banyak kesempatan untuk belajar hal – hal tentang pendidikan anak sesuai dengan fitrahnya. Walaupun saya tau, pengetahuan saya masih belum ada seujung kuku dan masih saaaangat banyak hal yang belum saya ketahui, tapi setidaknya Allah memberikan kesempatan saya untuk mulai belajar bahkan sebelum berumahtangga. Alhamdulillah wa syukurillah… Maka, saya rasa memang sudah seharusnyalah materi –materi dasar tentang pendidikan anak dipelajari oleh semua wanita di dunia yang akan menjadi seorang ibu. Mungkin bisa dijadikan salah satu kurikulum, hehe..

Segala keramaian dan kemeriahan pesta pernikahan adalah hal yang sangat sebentar, yang akan sangat lama adalah kehidupan setelah rangakaian pesta pernikahan itu sendiri, kehidupan mendidik anak – anak kita. Maka mempelajari hal tersebut jauh lebih penting daripada memusingkan pesta pernikahan (noted).  Tentu saja, mempelajari semua itu bukan atas dasar keterpaksaan. Keikhlasan adalah salah satu item wajib di dalamnya. Harus ada ketentraman hati. Jika memungkinkan, masukkanlah anak – anak kita ke sekolah – sekolah islam yang betul – betul menanamkan nilai – nilai keislaman. Sekolah yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita.

Banyak hal yang harus kita perhatikan saat menjadi ibu. Bukan sekedar apakah anak saya sudah makan?sudah mandi?sudah tidur? Jauh lebih dalam dari itu, pertanyaan – pertanyaan seperti “apa yang dimakan anak saya tadi? Halal kah? Thayyib kah?” “sudah shalat isya' kah?” bangun shalat shubuh kah?” menjadi pertanyaan – pertanyaan yang sangat penting untuk ibu.

Ada kisah menarik tentag 3 orang pekerja bangunan yang sedang membangun dinding. Ketika ada yang bertanya “apa yang sedang kamu lakukan?”, pekerja yang pertama menjawab, “saya sedang membuat dinding”, pekerja kedua menjawab, “tidak tau, saya kerja yang disuruh saja, supaya dapat uang nantinya”, dan pekerja ketiga menjawab, “saya sedang membuat suatu banguanan yang sangat indah”. Lihat, pertanyaan sama, pekerjaan sama, tapi jawabnnya berbeda. Saya tersenyum. Ibu farhat Naik membuat analogi tentang usaha seorang ibu membesarkan anak – anaknya dengan sederhana namun sangat cerdas. Jadi, mau jadi pekerja yang ke berapa kah kita.

Ibu Farhat Naik juga bercerita tentang jawaban Helen Keller (whom everyone has known for who she is), tentang pertanyaan “adakah yang lebih buruk dari tidak memiliki mata?”. Helen Keller menjawab, “memiliki mata yang buta tidaklah lebih buruk dari orang yang tidak memiliki visi”. Kembali lagi, apa visi kita untuk anak – anak kita?

9. Do’a. Di poin ke Sembilan ini Ibu Farhat Naik menceritakan tentang makbulnya doa’a seorang ibu. Kisah tentang Ibunda dari seorang Imam di Masjidil Haram. Mungkin teman – teman sudah pernah mendengarnya. Cerita tentang ibu yang dikabulkan do’anya agar anaknya menjadi imam masjidil haram ketika anak itu masih kecil dan melakukan hal yang dinilai sangat nakal. Pada akhirnya Allah mengabulkan doa Ibu tersebut.

10. Berhubungan kuat dengan Allah. Pada akhirnya, kita tidak akan bisa berbuat apa – apa tanpa pertolongan dan kasih sayang Allah SWT. Semua masalah kita dapat teratasi jika Allah. Allah yang Maha menolong.

Terakhir, saat sesi tanya jawab, Ibu Farhat Naik menjawab beberapa hal tentang prinsip mendidik anak yang alhamdulillaah masih sama dengan apa yang saya fahami sampai saat ini, diantaranya adalah:
a.   Anak usia dini memang sudah bisa sekolah (sekitar usia 3 tahun dengan catatan di sekolah yang tepat)
b.      Hal terburuk yang kamu lakukan ke anak adalah memberikan gadget utuk anak – anak anda sebelum mereka berusia 18th.
c.     Memperhatikan banyak aspek, tidak hanya kognisi, tapi juga afeksi (social – emosi), psikomotik, bahasa, dll.
d.      Tidak disarankan punya dummy box (tv) di rumah
e.      Masukkan hal – hal baik kepada anak kita (good thing in, good things out. Garbage in garbage out).
f.        Memukul tidak akan memberi efek yang baik untuk anak – anak kita.
g.       Disiplinkan anak – anak sejak usia dini.
h.      Selalu berkata yang baik – baik bahkan ketika anak kita membuat kita kesal.

Ibu Farhat Naik juga berkata, bayangkan betapa kuatnya Negara ini jika seluruh ibu di Indonesia mengaplikasikan hal – hal di atas? 1 rumah 1 anak sholeh…kalau satu Negara bagaimana? ☺


Awalnya saya sempat kecewa karena tidak bisa masuk ke hall utama dan melihat Ibu Farhat Naik secara langsung. Saya penasaran dengan sosok wanita hebat yang ada di belakang laki – laki hebat seperti Dr. Zakir Naik tersebut. Tapi Alhamdulillah ketika acara selesai, Ibu Farhat Naik yang memahami rasa penasaran kami akhirnya membuka cadar saat berjalan keluar ruangan sebentar (karena memang pengajian akhwat) melewati kami para pendengar di selasar. Waaaahh…memang cantik dan memancarkan inner beauty yang sangat kuat. Kami tidak diperbolehkan mengambil gambar atau video dari Ibu Farhat Naik tersebut. Tidak apa – apa, sekali juga sudah cukup. Semoga sehat selalu ki, Bu…. ^_^

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook