Positivity, Sincerity and Cheerfulness are Spread.

7:55:00 PM

Alhamdulillah. Hari ini berjalan dengan lancar di sekolah. Anak - anak TK B terlihat bersemangat mengikuti semua kegiatan di sekolah. Walaupun Dza dan Sa tidak masuk hari ini, teman-teman kecilku yang hadir semua belajar banyak hal.

Awalnya sempat dag dig dug karena ada satu rutinitas kita yang berbeda pagi ini. Morning circle yang biasanya dilakukan per kelompok, hari ini dilakukan bersama-sama oleh seluruh guru dan murid dari adik-adik PG, TK A, dan TK B. Kenapa? Kami kedatangan tamu istimewa. Yeay!

Iya, tamu istimewanya perempuan. Namanya Ms.Lemis (I'm not sure about her name's spelling. lol). Jadi ceritanya Ms. Lemis itu seorang pelajar 24 th dari Sudan (dan entah mengapa yang saya ingat adalah bahwa dia dari Bangladesh! dan saya berkabar begitu ke ibu-ibu. And...Oh my...why on earth I thought she was coming from Bangladesh by the way???!!), Internship, dan student exchange yang dihire oleh B Company Foundation. Sehari-hari Ms. Lemis mengajar di SMP dan SMA nya B Company, tapi karena hari Seninnya dia free, maka datanglah ia berkunjung ke sekolah kami. 

Skenarionya adalah Ms. Lemis akan mengisi waktu sentra di SD, sedangkan di TK dia mengisi waktu saat morning ciclre di TK dengan membaca buku, diskusi, ataupun bernyanyi dan bergerak sesuai dengan tema. Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Ms. Lemis membacakan buku How to Feed The Hungry Giant. Walaupun Ms. Lemis sepertinya belum terbiasa berinteraksi dengan anak-anak dan anak-anakpun banyak yang tidak mengerti bahasanya, Alhamdulillah guru-guru bisa menjembatani komunikasi antara keduanya dibantu juga dengan gesture tubuh. Ya, Alhamdulillah, gesture juga bagian dari komunikasi. Beberapa anak terlihat mengerti apa yang diucapkan Ms. Lemis, seperti H, K, dan Zak. Mereka kadang terlihat mengangguk-anggukkan atau menggeleng-gelengkan kepala saat Ms. Lemis mengajukan pertanyan yang sederhana.

Setelah interaksi dengan Ms.Lemis, rutinitas kita berjalan seperti biasa. Kita main pagi di luar. Seperti biasa, anak-anak terlihat antusias saat berlarian mengejar teman-temannya. Ya, permainan kejar-tangkap ini memang tidak pernah membosankan. Mainan ban susun yang baru juga cukup membantu untuk memperkaya mainan yang ada di playground. H, K, S, Zal dan Zak sudah bisa melompat dari satu ban ke ban yang lain dengan kaki bergantian tetapi masih perlu diperkuat keseimbangannya. Na masih butuh bantuan bahkan untuk melangkah dari satu ban ke ban yang lain. Dia lebih senang melompat sebenarnya, tapi melompat dari ban ke tanah, bukan ke ban yang ada di depannya, hehehe. Sedangkan Nu saya rasa mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Awalnya Nu sama sekali tidak mau bergabung dengan kelompok saat main bebas di luar. Dia terus menangis mencari ibunya. Maklum, dia adalah satu-satunya anak baru di kelompok kami, ditambah, dia belum pernah bersekolah sebelumnya, jadi mungkin dia masih merasa malu dan takut. Saya tidak memaksa, saya membiarkannya dalam zona nyamannya sambil terus membei pijakan. Lama-kelamaan dia tidak menangis, tapi tidak bergabung juga, hanya memperhatikan kami main dari jauh. Keesokan harinya lagi, dia mau memperhatikan kami main dari jarak yang sangat dekat. Hari esoknya lagi, dia tersenyum lebar saat memperhatikan kami main dari jarak dekat, seakan dia juga menikmati permainan yang kami mainkan di playground. Pada kesempatan selanjutnya dia mau diajak mencoba melangkah dari satu ban ke ban yang lain dengan bantuan saya, sama seperti Na. Dan akhirnya hari ini Nu bahkan mencoba melangkah sendiri dari satu ban ke ban yang lain, dari awal sampai akhir. Dengan senyum lebar terlihat di wajahnya. Alhamdulillah, dia sudah mulai mendapatkan kepercayaan dirinya.

Satu hal yang saya pelajari dari Nu hari ini adalah: bahwa segala sesuatu memang butuh proses. Kalau kita sabar menjalani proses tersebut, insya allah akan berbuah manis pada akhirnya. Saya teringat satu pepatah bahasa arab "As-shabru kash shobiri, murrun fii madzaqotihi, lakin 'awaqinuhu ahla minal kasali", yang artinya, kesabaran itu seperti bertawali pada awalnya, pahit. Namun di akhirnya, ia akan jadi lebih manis daripada madu. :)

Setelah itu kita cuci tangan dan makan snack pagi. Saat cuci tangan pun Nu sudah mau mengantri dengan teman-temannya tanpa perlu saya temani. Teringat oleh saya di awal ia bergabung. Dia belum familiar dengan kegiatan cuci tangan, apalagi mengantri. Dia akan menangis kalau tidak saya temani saat mengantri. Tapi sekarang, beberapa kali bahkan dia yang minta izin untuk cuci tangan dengan sabun saat tangannya kotor. Mungkin baginya, ternyata hal tersebut menyenangkan! ^_^

Saat makan juga banyak yang saya syukuri. Anak-anak mulai faham tentang konsep berbagi. Di kelompok kami, semua orang suka berbagi dengan temannya. Tapi mereka tau aturannya, jika mau minta makanan milik temannya, maka yang harus dilakukan adalah meminta izin dan memastikan kalau makanannya sendiri sudah dihabiskan. Mereka juga sudah faham bahwa berbicara saat mulutnya terisi makanan adalah hal yang tidak baik. Mereka terus saja mengingatkan temannya yang masih terlihat "melanggar" aturan tersebut dengan bernyanyi "mulut kosong boleh bicara...". Diam-diam saya bersyukur. Walaupun terlihat cuek, ternyata mereka mendengarkan apa yang selama ini saya sampaikan. Alhamdulillah.

Di sentra main peran hari ini pun teman-teman kecilku bermain dengan penuh kesungguhan. Banyak hal yang kusyukuri seperti sikap mereka yang mulai mengikuti aturan dan menjalankan cerita sesuai dengan skenario. Na yang biasanya terus berjalan ke seluruh ruangan menjelajah ruangan dengan mengenakan atribut main peran atau melakukan 'potongan-potongan' adegan, hari ini menjalankan perannya sebagai "ayah" dengan fokus. Dia melakukan hal-hal layaknya seorang ayah seperti membangungkan anak-anaknya, bangun tidur dan mandi pagi lebih dulu, mengantarkan anak dan strinya bekerja, bahkan yang paling membuatku amaze adalah saat skenario kegiatan sholat. Sadar bahwa dirinya adalah ayah, Na langsung menggelar sajadahnya di depan. Dia berperan sebagai imam. Khusyu' sampai akhir shalat subuh 2 rakaat bahkan selesai sholat ia membalikkan badannya pura-pura membaca do'a. Alhamdulillah semua anak ikut belajar baca do'a untuk kedua orangtua.

Nu yang tadinya tidak mau ikut main peran, hari ini banyak pura-pura melakukan kegiatan memasak di dapur. Nu senang sekali pura-pura memanggang kue dan membagikannya kepada teman-teman. Nu juga sudah mulai banyak bicara, baik jika ditanya ataupun memulai pembicaraan. Tiga sampai empat kata dalam satu kalimat sederhana. Nu juga mau ikut pura-pura naik mobil bersama keluarga.

H dan K berperan menjadi anak kembar yang berprofesi sebagai dokter dan suster. Hari ini mereka belajar bagaimana menjadi seoang public service. Belajar menggunakan kata-kata yang sopan untuk orang yang baru ditemuinya seperti "ada yang bisa saya bantu?", atau "boleh tunggu sebentar". Mereka sangat antusias. Mungkin lain kali perbendaharaan kata atau kalimatnya perlu diperbanyak. Hmmm...tugas saya.

Zak melakukan sesuatu yang baru. Walaupun dia laki-laki, hari ini dia mau mencoba peran sebagai mama. Awalnya teman-temannya menertawakannya. Dia juga terlihat menjadi ragu-ragu. Tapi setelah saya beri pijakan bahwa semua orang bisa menadi apa saja saat bermain peran. Bisa mencoba bagaimana rasanya jika kita menjadi oranglain, semua anak merasa baik-baik saja.

Overall, semua berjalan baik-baik saja hari ini. Bahkan lebih baik, ketika saya menyadari bahwa saya dapat membaca beberapa perkembangan mereka dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang mereka tampilkan. Kemudian saya berfikir, "apa yang membuat semuanya terasa mudah hari ini?" bahkan menemukan sedikit saja perubahan pada teman-teman kecil saya bisa terasa begitu menyenangkan.

Saya menyadari satu hal, bahwa sejak semalam, sampai datang di sekolah dan menyambut mereka belajar, suasana hati saya sedang sangat baik. Malam harinya saya memang mendapat kabar baik dari seseorang. Kabar yang cukup membuat energi saya full ter-charge walaupun tidur jam 12 malam. Dan ternyata itu berdampak sekali terhadap bagaimana saya berfikir, berinteraksi, mengajar dan bagaimana teman-teman kecil saya memberikan respon terhadap sikap dan kata-kata saya. Bahkan ada satu anak bernama R dari kelompok lain yang -sebenarnya baik- kadangkala egosentris nya membuat kami para guru menarik nafas panjang memohon diberi kesabaran. Biasanya saya akan senewen sendiri kehabisan cara menghadapinya, tapi hari ini saya menghadapinya dengan sangat tenang dan akhirnya dia bersikap menjadi anak yang menyejukkan mata.

See? Energi positif, keceriaan, dan ketulusan itu menyebar. :)

Thanks to you, dear. ^_^



Metro, August 8 2016

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook